Ayah, Anak dan Burung Gereja (Kisah mengharukan Anak dan Ayah)

   
Di halaman depan sebuah rumah, seorang pemuda sedang duduk membaca koran di samping ayahnya yang sudah tua. Sambil memegang tongkat, bapak itu memperhatikan seekor burung gereja yang bertengger di pucuk pohon.

Seraya menunjuk ke arah burung, bapak itu bertanya, “Apa itu nak?”
Pemuda tersebut meletakkan koran dan melihat yang ditunjuk bapaknya, lalu menjawab, “Itu burung gereja, Yah”. Lalu ia melanjutkan membaca koran. Bapak itu tersenyum sambil tetap memperhatikan burung gereja itu.

Pada saat burung gereja itu terbang, bapak itu kembali bertanya, “Apa itu nak?”
Dengan kesal, pemuda itu membanting koran sambil berkata, “Itu burung gereja, Ayah! BURUNG GEREJA! B-U-R-U-N-G G-E-R-E-J-A! Ayah kok tidak paham juga sih?”.
Seketika terpancar kesedihan di wajah bapaknya. Ia mengambil nafas panjang, lalu bangkit dari kursi taman. Pemuda itu memegang tangan bapaknya dan bertanya, ” Ayah mau kemana?”

Dengan isyarat tangan, ayahnya itu meminta anaknya menunggu. Kemudian, ia menuju ke dalam rumah. Sementara itu, di kesendiriannya, pemuda itu termenung memandang koran yang tadi dibantingnya.

Tak beberapa lama, ayahnya itu kembali dengan membawa sebuah buku tua bersampul kulit yang sudah lusuh. Setelah dibuka dan menemukan halaman yang dicari, ia menyerahkan kepada anaknya. “Bacalah”, pinta ayahnya. Diterimanya buku itu dari tangan ayahnya dengan keheranan, namun pemuda itu tetap membacanya.

“Baca yang keras”, pinta ayahnya sambil memejamkan matanya.

Perlahan-lahan, pemuda itu membaca,” Hari ini anakku berusia tiga tahun, ia kuajak duduk di bangku halaman.Anakku bertanya kepadaku sambil menunjuk burung gereja yang hinggap di atas dahan.Aku memeluknya sambil menjelaskan padanya bahwa itu adalah burung gereja. Anakku terus bertanya sampai 21 kali, dan 21 kali pula aku memeluknya dan menjelaskannya. Semoga engkau kelak menjadi anak yang pintar, Nak “.

Pemuda itu berhenti membaca, tak terasa air mata sudah mengalir di pipi, kemudian ia memeluk ayahnya dan tak henti-hentinya mengucapkan, “Maafkan aku, Ayah……Maafkan aku, Ayah…….



sumber : zakybajrie.wordpress