SUATU hari ketika seorang
cucu berkunjung ke rumah sang kakek. Beberapa hari di sana si cucu begitu
mengamati keseharian kakek tercintanya. Namun ada satu kebiasaan yang membuat
si cucu heran. Adalah kebiasaan kakeknya yang setiap hari menghafalkan Al
Qur’an. Cucu ini heran apa bisa kakeknya yang sudah tua itu mampu menghafalkan
Al Qur’an.
Dengan wajah polos dia
mendekati sang kakek dan bertanya, “Kek, kenapa si kok suka menghafal Al
Qur’an. Memang bisa masuk? Kan sudah tua,” kata cucu tersebut penuh rasa ingin
tahu.
Dengan pelan sang kakek
mendudukan si cucu kepangkuan. Sembari mengusap kepala si cucu, kakek itu
bertutur bijak,
“Cu, sebelum kakek jawab apa
alasannya boleh ga kakek minta tolong?”kata kakek.
“Minta tolong apa kek?”
Tanya cucunya.
“Coba adik ambil satu ember
dan tempat sampah di depan rumah. Nanti adik isi ember itu sampai penuh,” jawab
kakek.
Bergesas si cucu mengambil
tempat sampah di depan rumah. Ketika mendapati ternyata tempat sampah yang
dimaksud kakek itu berlubang si cucu kembali ke dalam dan bertanya pada
kakeknya.
“Kek, tempat sampahnya itu
berlubang,” protes sang cucu kepada kakeknya.
“Tidak apa-apa sayang.
Lakukan saja semampunya,” Kembali sang kakek menjawab.
Dengan semangat si cucu
mengambil air dengan tempat sampah berlubang tadi dan memasukkannya ke ember.
Tapi sudah habis tenaganya, air belum juga terisi. Si cucu pun merasa putus asa
dan mengadu ke kakeknya.
“Kek, adik sudah berusaha
tapi embernya tetap tidak bisa terisi. Adik capek,” omel sang cucu.
“Senyum teduh sang kakek
mengiringi tuturnya yang lembut. Cu, kakek juga bakal tahu kalau adik bakal
kesulitan memasukkan air ke ember. Dan bukan itu sebenarnya maksud kakek,” kata
Kakek.
“Kakek hanya ingin menjawab
pertanyaan adik tadi dengan jawaban yang memudahkan adik. Coba sekarang lihat
tempat sampah itu. Ada perbedaannya ga?,” Tanya kakek sembari mengernyitkan
alis.
“Pasti ada. Tadi tempat
sampah ini begitu kotor. Ada bekas makanan, daun, dan buah yang lama tidak
dibersihkan. Sekarang lihatlah bekas itu sudah tidak ada,” kata Cucu kakek
tersebut.
“Nah, seperti itulah yang
kakek lakukan. Ibaratnya hati dan memori otak kakek itu kayak tempat sampah
tadi. Kotor karena sudah banyak dosa dan tidak bisa menyimpan banyak ilmu
karena sudah lemah. Dan Al Qur’an itu ibarat air yang adik ambil tadi yang
berfungsi membersihkan dosa. Jadi kakek tidak begitu peduli apakah ada hafalan
yang nyantol atau tidak yang penting hati kakek bersih,” jelas kakek dengan
sabar.
sumber : islampos.com