Benarkah dzikir dapat
membantu mengatasi penyakit jantung dan
stroke, atau dapat mencegahnya? Bagaimana cara kerjanya?
Dzikir dalam Al Qur’an
disebutkan sebagai penenang hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’du : 28).
Dalam hal penyakit Jantung
dan Stroke, para peneliti menemukan, stress yang akut akan memicu produksi sel
darah putih secara berlebihan. Sel darah putih yang berlebihan ini kemudian
mengumpul pada dinding bagian dalam arteri, membatasi aliran darah, dan
mendorong pembentukan bekuan yang menghalangi sirkulasi, atau menjadi pecah dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Penelitian yang dilakukan
Nahrendorf beserta tim terhadap 29 pekerja medis di unit perawatan intensif
(ICU), sebagai lingkungan kerja dengan depresi relatif tinggi, menemukan bahwa
saat mereka bertugas, stress mengaktifkan sel-sel induk sumsum tulang, yang
pada gilirannya memicu kelebihan produksi sel darah putih, yang disebut
leukosit. Kondisi ini berbeda dengan hasil pemeriksaan saat mereka tidak sedang
bertugas.
Nah, sel darah putih, yang penting
dalam penyembuhan luka dan melawan infeksi, dapat berbalik melawan “tuan rumah
mereka”, dengan konsekuensi bisa menghancurkan dengan penyakit aterosklerosis,
penebalan dinding arteri disebabkan oleh penumpukan plak.
Percobaan pada tikus juga
menemukan hal serupa. Tikus yang stress, sel-sel darah putih yang diproduksi
berlebihan, berkumpul di bagian dalam arteri dan mendorong pertumbuhan plak.
Melunaknya jaringan ikat dan terganggunya plak inilah yang menjadi penyebab
khas infark miokrad (serangan jantung) dan stroke.
Sementara dzikir, seperti
disebut dalam surat Ar Ra’d di atas, ia akan menetralisir ketegangan yang
dialami oleh pelakunya, sehingga kondisi kejiwaannya menjadi tetap stabil dan
santai. Pada orang yang kondisinya tidak tegang, dzikir akan semakin
mendamaikan hatinya.
Di waktu kondisi tubuh
tenang dan damai, produksi sel dan sel darah putih berjalan secara normal.
Tidak kurang, juga tidak berlebihan/surplus. Dengan demikian, tidak ada
jaringan ikat yang terganggu, juga tidak timbul kerusakan plak.
Kondisi jiwa yang tenang
dengan dzikir juga membuat fisik tenang, termasuk denyut jantung, denyut nadi
dan peredaran darah. Denyut jantung, denyut nadi dan peredaran darah yang
normal relatif membuat tubuh lebih terjaga dan sistem kekebalan tubuh lebih
efektif bekerja. Imunitas menjadi lebih kuat.
Jadi, dzikir relatif mampu
menjaga seseorang dari penyakit yang diakibatkan oleh depresi khususnya
penyakit jantung dan stroke. Sedangkan bagi orang yang terlanjur menderita
sakit jantung dan stroke, dzikir juga dapat menjadi terapi untuk meringankan,
bahkan menyembuhkannya. Yang perlu diingat, dzikir yang dimaksud di sini
bukanlah sekedar menyebut asma-asma Allah atau kalimat thayyibah, tetapi juga
meresapi maknanya sehingga mendatangkan ketenangan seperti yang difirmankan
Allah dalam Surat Ar Ra’du ayat 28 di atas. Wallahu A'lam.
Sumber : reportaseterkini