Suatu ketika Syaikh Al Albani mendapatkan kabar, ada seorang ‘pintar’ yang memiliki kemampuan utuk mendatangkan arwah yang telah meninggal. Demi untuk menghindari syirik dan membuktikan kelemahan dukun itu, Syaikh berkeinginan untuk menemui tokoh spiritual itu.
Syaikh Al Albani akhirnya berhasil menemui dukun yang oleh disebut-sebut mampu mendatangkan arwah yang telah meninggal. Sang dukun yang tidak menduga akan dikunjungi oleh Syaikh, badannya gemetaran. Namun dukun itu tidak menolak dan berusaha untuk memenuhi permintaan Syaikh.
Syaikh tidak meminta dukun itu untuk berhenti mempraktekkan ‘keahliannya’. Tetapi Syaikh justru ingin meminta kepada dukun itu untuk memanggil arwah sesuai dengan ‘ilmu’ yang dimiliki sang dukun.
Syaikh Al Albani : “Aku ingin Engkau hadirkan arwah seseorang untukku.”
Dukun : “Arwah siapa yang ingin kau hadirkan?”
Syaikh Al Albani : “Aku ingin kau menghadirkan arwah Imam Al Bukhari”
Dukun : “Apa yang kamu inginkan dari Bukhari?”
Syaikh Al Albani : “Ada beberapa hal yang hendak aku tanyakan kepada Imam Bukhari.”
Dukun : “Hari ini waktu pemanggilan arwah sudah terlampaui. Datanglah lagi pada hari Senin”.
Dukun itu membuat-buat alasan dengan menyebut waktu pemanggilan arwah telah usai agar Syaikh tidak membongkar kebohongan dan kepalsuan ‘ilmu’ hitamnya.
Syaikh menepati janjinya untuk datang pada Hari Senin berikutnya. Namun ternyata dukun tersebut sudah tidak berada ditempatnya. Dukun itu memindahkan prakteknya ke tempat lain untuk menghindari Syaikh Al Albani.
Syaikh meyakini bahwa dukun itu adalah pembohong, pendusta ulung. Dukun akan memanfaatkan seseorang dari anak buahnya sebagai mediator antara arwah dan yang hidup. Mediator ini seolah-olah dirasuki oleh arwah, kemudian Ia bicara dan menjawab pertanyaan dari yang hidup.
Syaikh juga menyakini bahwa mediator yang disiapkan dukun, tidak mungkin memahami ilmu hadits sebagaimana pemahaman yang dimiliki oleh Iman Bukhari. Untuk itulah Syaikh meminta dukun untuk memanggil perawi hadits tersebut.
Kisah ini diambil dari akun facebook seorang ikhwah dari Khurthum, Sudan. Membuktikan kedok kepalsuan dukun merupakan tuntutan seorang muslim dan bahkan bisa menjadi tuntutan wajib jika menjurus kepada kemusyrikan.
Oleh karena itu diperkenankan untuk mendatangi dukun dan menanyakan beberapa perkara untuk menguji dan membuktikan kedok kepalsuan dan kelemahan ilmu dukun tersebut.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengungkapkan:
“(Diperbolehkan) untuk menanyakan dukun guna menampakkan kelemahan dan kebohongannya. Dia menguji sang dukun dengan beberapa hal yang mampu membongkar kedok dan kelemahannya. Ini adalah sebuah tuntutan (tuntutan syar’i -ed) dan terkadang bisa menjadi wajib.”[Qaul al-Mufid, hal 341, Dar Ibnul Jauziy]
Apa yang disebutkan diatas berbeda dengan larangan yang terdapat dalam hadits
“Orang yang menemui dukun lantas menanyainya lalu meyakini apa yang diungkapkan sang dukun maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.”[HR. Muslim]
Sehingga jika berniat mendatangi dukun untuk menguji, membongkar dan menantang ilmunya diperbolehkan yang bisa menjadi kewajiban demi menghindari syirik. Sementara mendatangi dukun karena mempercayai ucapannya, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Allah Maha Tahu Dan Maha Segala-galanya, umat Islam hanya padaNya lah kita memohon dan meminta petunjuk.